Podcast Hydrant

Lifestyle Media

Media Gaya Hidup Orang Indonesia | Panduan Untuk Millenials

Mengapa Rasa Cinta Bisa Hilang ?

Rating Dong
Cinta Bisa Hilang Bahkan Sampai Tak Berbekas. Bagaimana Bisa Terjadi ?
Cinta Bisa Hilang Bahkan Sampai Tak Berbekas. Bagaimana Bisa Terjadi ?

Zingga Nusantara – Anda merasa sedang menjalani pernikahan yang tidak bahagia? Atau tidak cukup bahagia dengan pasangan Anda? Baiknya Anda membaca tulisan ini. Meraba ke dalam diri, bukankah Anda dulu menikah karena cinta? Lalu kemana sang cinta itu, mengapa seiring berjalannya waktu, kualitas cinta justru menurun? Bahkan hilang? Ada apa dengan cinta?

Pada tataran ideal, seiring berjalannya waktu, seharusnya cinta tumbuh semakin dalam, semakin kuat. Namun, tiba-tiba Anda menyadari tak ada cukup cinta, bahkan cinta telah sirna dan Anda tak tahu bagaimana mengembalikannya. Ya, cinta bisa menjadi sesuatu yang sederhana, tetapi cinta juga bisa menjadi sesuatu yang rumit. Ya, bicara cinta memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Pada sebagian orang, kita melihat mereka tampak mudah menjalani hubungan dengan pasangannya, merasakan kepuasan dalam pernikahannya. Namun pada sebagian orang lagi, kita melihat mereka tak mudah menjalani hubungan dengan pasangannya, merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya.

Tulisan ini lebih menyoroti kelompok pasangan yang merasa tak mudah menjalani hubungan dengan pasangannya, merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya. Cobalah menengok ke belakang, ketika Anda dulu duduk di pelaminan, yakinkah Anda bahwa orang di sebelah Anda adalah betul-betul pilihan hati Anda? Yang dengannya, Anda akan menghabiskan waktu sepanjang masa? Orang lain tidak akan tahu, hanya Anda yang bisa mengetahuinya dengan pasti, apa yang dirasa oleh hati Anda. Mengapa Anda dulu memilihnya, menikahinya, hati Anda yang tahu, orang lain tidak tahu.

Berapa banyak orang yang menjalani pernikahan semu, hanya status di atas kertas, diam dan bertahan sambil mencari pelarian palsu. Tidak seharusnya demikian sebuah pernikahan dijalankan. Pernikahan seyogyanya dijalani dengan sepenuh hati, segenap perasaan, saling mendukung, berupaya membenahi hal-hal yang dirasa kurang, saling melengkapi, ibarat sendok dan garpu yang seiring sejalan. Bukankah itu esensi pernikahan, yang populer dengan istilah ‘sakinah mawadah warohmah’, pasangan satu sama lain saling merasakan kasih sayang, ketenangan, ketenteraman. Bila itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, artinya pernikahan itu tidak berfungsi.

Saya pikir, banyak orang sudah tahu, menggantungkan kebahagiaan pada pasangan bukanlah tindakan manusia merdeka. Hampir semua orang juga sudah tahu, selalu menuntut pada pasangan hanya akan melahirkan penderitaan. Kepuasan pernikahan seharusnya menjadi komitmen dua belah pihak, tapi bila itu tidak atau belum berjalan, setidaknya pastikan Anda sendiri bahagia. Bila Anda bahagia dengan diri Anda sendiri, siapapun dan bagaimanapun pasangan Anda, tak akan ada masalah. Sebab dengan Anda bahagia, Anda bisa tahu bagaimana membangun kembali pernikahan Anda.

Jikapun Anda sudah sampai pada batas untuk mengakhiri pernikahan, itu juga bukan masalah, sepanjang Anda tahu bagaimana menangani berbagai dampak turunan akibat dari keputusan Anda yang sulit dan tidak populer itu.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Kompasiana oleh Bimo Pandu Dewa Brata.